Selasa, 29 Maret 2011

Ichsan: Saya Memang ikut ke Tanjung Priok

Ichsan Soelistio anggota Komisi 3 membenarkan bahwa ia ada di dalam bis ketika bersama anggota komisi 3 yang lain melakukan sidak ke Bandara Soekarno Hatta yang kemudian mendadak berbelok ke Tanjung Priok. Pada hari Selasa pukul 09.00 di ruang kantornya, Nusantara 1 DPR, yaitu 703 beliau menceritakan kronologis kejadian disana yang ia lihat dan dengar.


“Saya akan menceritakan kronologis kejadiannya yang saya ketahui. Sidak ke Bandara Soekarno Hatta, setelah selesai kita naik bis, di perjalanan tiba-tiba ke Tanjung Priok, ya sudah saya ikut saja karena sudah di dalam bis. Sampai disana saya sendiri terus terang tidak mengikuti rapat dan tidak di dalam ruang rapat itu. Jadi apa pun pertanyaannya itu saya tidak tahu,” jelasnya.

Waktu rapat tersebut dibuka Ichsan tidak mengikuti dan setelah itu keluar. “Jadi saya diluar saya ngobrol dengan Kapolres KP3. Jadi apa pun pertanyaan disitu saya tidak tahu. Setelah itu saya pulang,” ujarnya.

Dirinya memang mengaku ada di dalam bis dan ikut berbelok ke Tanjung Priok, tetapi dia tidak mengetahui apa tujuan tiba-tiba berbelok ke tempat tersebut. Dia hanya mengikuti saja dengan rombongan yang telah melakukan sidak ke Bandara Soekarno Hatta. “Saya memang ada di bis tetapi saya tidak ikut rapat dengan Bea Cukai di Tanjung Priok itu. Karena kan saya pikir tidak enak berangkat sama-sama pulang sama-sama dong. Lalu bisnya mendadak ke Tanjung Priok. Ya kalau sudah sampai sana, saya ya diam saja,” tambahnya.

“Kalau saya hanya menganggap silahturahminya. Setelah salaman rapat dibuka saya keluar. Tentang pertanyaan yang ada di dalam rapat saya tidak mengetahui. Baru setelah beberapa lama kepala Bea Cukainya masuk. Itupun saya ketemunya di luar,” paparnya.

Ichsan Soelistio memang ada di dalam bis hingga berbelok ke Tanjung Priok tetapi dia lihat hanya rapat di kantor Bea Cukai. “Tidak ada yang namanya peti kemas berisi BB dan Miras, yang dilakukan hanya rapat setelah itu selesai pulang kembali lagi ke DPR. Tidak ada pertemuan terkait dengan peti kemas BB dan Miras. Saya tidak mengetahui isi rapat kalau tidak percaya tanya Kapolres KP3, saya diluar ruangan,” ujarnya.

Ichsan juga menambahkan di Bandara Soekarno Hatta memang ada barang-barang bukti ketika penyidakan. Tetapi di Tanjung Priok yang ia lihat sama sekali tidak ada kegiatan penyidakan dan peti kemas berisi BB dan Miras. “Tidak ada kegiatan yang berhubungan dengan penyidakan atau menemukan peti kemas tersebut, yang dilakukan hanya rapat, itu saja yang saya lihat,” tambahnya lagi.

Mengenai siapa yang mengusul untuk berbelok ke Tanjung Priok, Ichsan tidak tahu menahu siapa orangnya, karena ketika berada di dalam bis dia duduk di bangku paling belakang. “Yang mengusulkan mampir ke Tanjung Priok saya tidak begitu jelas siapa orangnya. Karena saya duduk di bagian belakang. Dan tiba-tiba ada usulan ke Tanjung Priok dan saya ikut saja karena udah kadung duduk dan sudah di dalam bis. Karena kan berangkat sama-sama pulang sama-sama. Kalau tiba-tiba belok ya harus ikut dong, masa tiba-tiba pulang sendiri. Soal yang mengusulkan saya tidak tahu, wacana itu begitu saja muncul di bis dan tiba-tiba belok,” jelasnya.

Soal agenda di dalam rapat dengan Bea Cukai di Tanjung Priok, Ichsan tidak mengetahui, karena tidak berhubungan dengan tugas kantor. “Saya tidak mengikuti rapat itu, karena saya tidak mengetahui agendanya dan bukan urusan kantor,” katanya.

Soal laporan ICW ke BK DPR, Ichsan tidak mau banyak komentar karena tidak mengetahui isi dari laporan ICW kepada BK DPR. Namun, jika ditanya sebagai bagian yang ada disitu, ia menegaskan tidak begitu jelas, karena yang ia lakukan hanya sampai pada Bea dan Cukai. “Saya tidak mengetahui soal isi Laporan ICW kepada Badan Kehormatan (BK) DPR, kan Bapak Nurdiman Munir selaku Wakil BK DPR dan Bapak Marzuki sudah bicara soal laporan tersebut. Tapi jika saya ditanya sebagai bagian yang ada disitu saya juga tidak jelas, karena saya cuma sampai di kantor Bea Cukai, saya hanya silahturahmi saja dan tunggu di luar,” jelasnya.

Sekali lagi dia menegaskan bahwa tidak bisa komentar banyak, karena pertanyaan satu pun di dalam tidak ia ketahui dan tujuan kesana pun tidak ia ketahui dan tidak mengerti serta tidak ikut rapat. “Cuma ya seperti saya bilang tadi saya terbawa dan sudah di dalam bis,” katanya.

Ichsan menjelaskan bahwa agenda resmi utama pada waktu itu adalah sidak ke Bandara Soekarno Hatta. “Saya diminta Poksi untuk melakukan sidak bersama yang lain ke Soekarno Hatta, ya saya ikut. Pulangnya naik bis lagi ya saya ikut, eh ternyata belok. Jadi saya kalau ditanya apa agenda dan apa yang dilakukan saya mohon maaf karena apa yang saya lihat ya seperti itu tadi yang saya katakan,” ujarnya.

Dia membenarkan anggota yang ikut di dalam bis itu ada Nudirman Munir (Golkar), Aziz Syamsuddin (Golkar), Eddy Sadeli dan Edi Ramli Sitanggang (Demokrat). “Kalau orang-orang itu memang ikut, tetapi saya tidak mengetahui materinya apa. Mengenai perbedaan pendapat antara Eddy Sadeli dan Edi Ramli Sitanggang saya tidak bisa komentar,” tegasnya.

Ichsan juga menceritakan pada waktu berangkat ada anggota yang di bis dan di mobil, tapi lebih tepatnya dia tidak begitu ingat dan pasti. Ichsan dapat mengkonfirmasi jumlah orang yang hadir di Cengkareng lebih banyak jumlahnya dari pada yang di Tanjung Priok. “Saya tidak ingat. Tapi yang jelas waktu di Cengkareng lebih banyak orangnya tetapi waktu di Tanjung Priok lebih sedikit orangnya. Saya sudah tidak perhatikan lagi karena saya tidak ikut rapat, saya juga tidak tahu. Sekali lagi ya lebih sedikit dari yang dari Cengkareng. Lebih tepatnya saya tidak tahu karena sudah lama sekali, sudah 2 bulan yang lalu pada tanggal 10 Januari,” tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;