Rabu, 07 November 2012 0 komentar

NOVEL ROMAN TERBARU "SETIA"

Pembaca blogger tercinta, disini saya akan menawarkan sebuah novel bergenre roman terbaru berjudul Setia karya kawan saya bernama pena Satyakala. Novelnya baru-baru ini diluncurkan dan sudah dicetak serta sudah bisa dibeli hanya melalui toko buku online halamanmoeka.com. Jika ada yang tertarik bisa membelinya melalui link yang tertera dibawah ini atau melalui saya via email/FB. Berikut cover dan sekilas sinopsis novelnya ini:




Penulis: Satyakala
Penerbit: Halaman Moeka Publishing
Tebal buku: 215 hal
Ukuran: 14 x 21 cm
On sale! 
Rp.50.475 tax incl. 



SINOPSIS


Pada tahun 1965 keadaan politik begitu memanas di Indonesia. Jakarta pun menjadi panggung utama politik perseteruan antara PKI dan lawan-lawannya. Perseteruan yang demikian terjadi ketika Indonesia pada masa itu sedang menghadapi inflasi serta konfrontasi dengan Malaysia. Siapa sangka di tengah-tengah perseteruan itu terbetik kisah cinta dua insan berbeda latar belakang. Hamid dan Rini. Percintaan keduanya pun mendapat banyak tantangan dari sekitar mereka. Terjadinya Peristiwa 1965 membuat keduanya pun terpisah, kemudian saling merindu dan berharap untuk bertemu lagi. Mampukah keduanya bertemu kembali sehingga cinta yang telah ada dalam diri mereka kembali bersemai? Atau malah sebaliknya?





Selasa, 24 Juli 2012 4 komentar

Ujung Genteng: Perjalanan Pembuka Ramadhan

Setiap perjalanan selalu punya cerita yang menarik. Cinta, kasih sayang, kenakalan, pengalaman, dan renungan kehidupan. Begitu rindunya pada alam. Jujur saja tubuh ini seperti kekurangan asupan vitamin. Begitu rindunya pada alam. Ternyata menyadarkan saya bahwa sama dengan rindu pada Sang Pencipta.

Sepulang dari perjalanan tentu ada makna, tanda, isyarat, dan pelajaran didapat. Masing-masing orang pasti berbeda-beda memahami dan mencernanya. Jadi teringat kata-kata bijak pemikir Miriam Beard. Sudut pandang saya melihat sebuah perjalanan sama dengan pemikirannya. 
"Perjalanan bukanlah sekedar melihat dan mengagumi pemandangan, melainkan upaya terus-menerus untuk mengubah pandangan kita akan hidup. ," -Miriam Beard- 
"Dan setiap perjalanan yang saya alami ini, saya yakin banyak mengubah saya," -My Words-
Perjalanan sebelum Ramadhan ini memang sebuah rencana lama saya dan Ririen. Semua berawal dari obrolan ringan soal destinasi mana saja yang patut dikunjungi. Ya, salah satunya adalah Ujung Genteng, Sukabumi. Rencana ke UG sudah ada sejak setahun lalu. Namun rencana itu belum tercapai hingga pada akhirnya baru terwujud sebelum Ramadhan tahun 2012.

Sejujurnya, perjalanan ini awalnya hanya saya dan Ririen yang akan ke sana. Bersama satu teman yang tinggal di Bogor, Femmy. Tapi karena kondisi dan ada sedikit kesalahpahaman. Kemudian acara ini berubah menjadi acara Rafting di Citarik. Rafting sebelumnya memang rencana Hanum dan Juned.

Hitung-hitung silahturahmi Geng Payung, karena memang sudah jarang sekali kami kumpul full team bersama racap-racapnya (baca:dibalik). Walaupun jarang kumpul full team, tetap saja, saya dan Hanum yang paling sering double date sama pacar masing-masing. Atau mungkin date berdua, hanya sekedar nonton film nemenin dia. Bosan sih ketemu dia mulu, tapi kok dilakuin terus ya..hahaha

Tapi tetap saja diantara kami, ada salah satu yang tidak bisa ikut. Dia adalah Kenny. Kenny masih terpentok Skripsinya yang Alhamdulillah dengan landasan yang sedikit berkerikil dan banyak lubang. Ia mendarat dengan selamat menuju Sarjana. Walaupun saya sendiri belum tahu hasilnya berapa, tetapi saya dan teman-teman pasti bersyukur dia bisa melewati semua ini. (sebenarnya ada yang menarik yang ingin saya ceritakan dari sudut pandang saya tentang Kenny, namun itu nanti masuk cerita lainnya)

Semua memang hanya rencana. Rafting masih hanya mimpi. Tung-hitung, Hanum menghitung budget Rafting. Ternyata tidak cocok dengan kocek kami. Maklum kami masih belajar jadi karyawan yang mengelola manajemen keuangan masih berantakan. Banyak keinginan tapi semua harus serba hemat dan murah. 

Putar rencana dan berharap liburan ini harus terlaksana. Karena diantara kami banyak yang penat oleh Jakarta. Khususnya saya sendiri. Mungkin bisa dibilang paling pundung jika rencana ini sampai gagal, hahaha. Maaf ya teman-teman. Sampai kemudian, inisiatif itu datang dari Ririen untuk merubah rencana liburan Rafting menjadi ke UG dan menyampaikan kepada Hanum.

Wajar saja sih, Ririen begitu niat menyampaikan itu ke Hanum. Selain memang karena dia ingin sekali ke UG tapi juga karena saya pundungin. Hahaha Maaf ya Rien.. Koordinasi sudah dilakukan dan persiapan seperti penginapan dan peta rute menuju ke sana pun sudah saya persiapkan. Teman-teman seperti biasa mempercayakannya kepada saya.

Ya walaupun sebenarnya sih semua modal keyakinan saya saja, pasti akan sampai sana. Dan teman-teman memang dengan gampang mempercayai saya. Padahal musyrik tuh prercaya saya. Hahaha.. Dalam setiap perjalanan saya berkeyakinan dimana masih di Bumi Allah, masih ada jalan untuk pulang ke rumah. Tapi jangan dulu pulang ke rumahMu ya Allah, kami belum siap ya Allah. hehe :D

Seperti biasa, detik-detik menuju hari H. Saya berinisiatif bertanya kepada teman-teman soal perizinan. Karena secara tidak langsung saya pemimpin perjalanan dari soal rute dan penginapan teman-teman mengandalkan saya. Pertama kali yang konfirmasi sudah mendapat izin adalah Lia. Sayang Tiar atau Bebe, panggilan sayang kami, *loh tidak bisa ikut kali ini. Karena masih UAS di hari Jumatnya.

Sedangkan, Hanum karena anak kostan pasti dia bebas-bebas saja berpergian. Otomatis Bundonya itu memberi izin. Karena ia juga termasuk yang ingin berlibur sebelum Ramadhan. Walaupun di hari minggunya ia dapat kerjaan dari Bos. Tapi tidak menyurutkan kepetakilannya.  Begitu juga Ail, pacar saya, hehe tuing-tuing.. berhasil saya bujuk untuk ikut. Ya walaupun agak susah juga. Mengingat dia bukan cowok adventure tapi cowok kasur. Tapi menyenangkan dia bisa ikut di antara banyaknya perjalanan saya kali ini.

Perizinan di detik-detik hari H menyisakan satu orang yang belum juga izin. Yaitu Ririen yang kemudian mendapat izin bersyarat karena Ayah dan Adiknya sedang pergi keluar kota. Kami pun harus menjemputnya ke Tambun, daerah pedalaman Bekasi *lebay.

Sebenarnya permasalahan perizinan mungkin saya yang paling kacau. Karena sampai hari H saya belum izin juga. Mungkin perilaku ini karena kebiasaan kalau liputan, tiba-tiba izin ke orang tua di malam sebelum hari H. Malah kebablasan nggak izin. Walhasil Mama mungkin panik nelponin saya tapi BB nggak aktif. Sampai Bagas pun ikut kelimpungan. Nggak lagi-lagi diulangin nih. Soalnya di telpon Mama sempet ngancem mau lapor polisi anaknya hilang, weleh-weleh, gawat, nanti bisa masuk baris iklan anak hilang di koran-koran..

Jackpot Pertama

Setelah perizinan kelar, berlanjut ke hari H perjalanan kami pun dimulai. Hari itu, hari Jumat 13 Juli 2012. Hari aktivitas kerja masih berlangsung. Kami berencana berkumpul di kostan Hanum tepatnya di Tebet. Karena harus menjemput Ririen. Saya dan Hanum pun berusaha mengerjakan deadline sebelum jam 19.00 malam. Mengingat hanya saya dan Hanum yang bekerja menjadi kuli tinta. 

Lia berangkat lebih sore. Karena dia takut naik angkot malem-malem kalau bareng saya. Padahal kurang bodyguard apa saya. Bisa jaga dia di malam hari. Hehehe. Sampai di kostan Hanum duluan, Lia pun seperti induk hamster yang memamah biak. Makanan persediaan bulan puasa hanum, mungkin, disikat habis Lia. Bahkan isi kulkasnya pun juga. Maklum saja Lia menunggu Hanum dan saya lumayan lama.

Rencana mengerjakan laporan lebih cepat pun hanya angan-angan saja. Hanum bisa menyelesaikan pekerjaannya setelah jam 19.00. Maklum bosnya itu menahannya pulang. Lalu giliran saya, yang masih menunggu jawaban Narsum yang ternyata sudah dijawab dari siang hari. Bodohnya saya tidak mengecek ke bawah replyan Narsum. Hingga larut malam saya pun masih menghubunginya. Beruntung dia seorang dokter yang baik dan sabar. Saya pun diberitahu bahwa ia sudah membalas sejak siang hari.

Bodohnya saya, kata itu terucap berulang-ulang kali  selama perjalanan menuju rumah Ririen. walhasil saya ketak-ketik, mijet-mijet gregetan dengan BB saya sendiri melihat email dan mengeditnya untuk segera dikirim.

Sebelum kami berangkat menuju rumah Ririen. Kami full team dengan kloter terakhir Ail sampai kostan Hanum berkumpul pukul 21.00 malam. Kemudian karena Hanum merengek minta makan, kami pun makan di Tebet, tempat makan favorit anak kostan, Internet, Indomie Telur Kornet. Tepatnya pada pukul 23.00 malam kami pun berangkat ke rumah Ririen di Tambun.

Di perjalanan itu seperti saya bilang di atas, saya disibukkan dengan ketak-ketik BB. Sampai-sampai sempat saya minta tolong Lia untuk menggunakan SIInya. Gara-gara Lia melihat layar SIInya itu, ia terpancing merasa mual. Ya jackpot pertama pun dimulai. Kira-kira di daerah Bekasi Timur, masih di jalur Kalimalang, Lia Jackpot.

Avanzano pun dipinggirkan Juned. Lia saya temani ke luar mencari tempat di pinggir jalan untuk Jackpot. Srooottt… sontak saya kaget dan mengernyit.. Keluarlah isi makanan di perut Lia semua. Makanan yang sudah digigiti cacing di perutnya. Hampir setengah kresek kurang, muntahan Lia terburai di dalam kresek bening yang saya pegangin. Mengerti kemauannya, tolak angin saya belikan untuknya. Dari situ pun perjalanan Jackpot Lia dimulai..

Setelah mencari-cari jalan menuju rumah Ririen. Akhirnya sampai juga kami di rumahnya. Saya dan Hanum membuka pagar rumahnya, mungkin itu pertanda buat Ririen setelah menunggu lama, akhirnya kami sampai juga. Dengan muka sudah ngantuk karena menunggu terlalu lama. Ririen masuk ke dalam mobil bersama Hanum di jok belakang. Saya dan Lia di tengah. Juned sebagai pilot dan ail co-pilot yang sering molor. Zzzzz Dan akhirnya perjalanan kami pun siap membuat ceritanya.

Jackpot Kedua

Di perjalanan, Lia masih termenung merasakan rasa mualnya sendiri. Sampai-sampai ia berkali-kali berkelakar sendiri. “Mau pulang ke Kalisari..Kalisari..,” celotehnya. Tentu saja, kami pun tidak mau Lia pulang ke Kalisari. Kami menyemangatinya, agar bisa menikmati perjalanan ini dan menahan rasa mualnya dengan mengobrol. Tega sih ya, tapi itu pantas-pantas aja buatnya. Hahaha..

Karena Lia mual dan tak tahan goncangan. Kami sepakat beristirahat di Rest Area Cibubur. Hitung-hitung sekalian membeli beberapa perbekalan selama di perjalanan. Lia beristirahat sendiri di Avanza dan kami berbelanja. Kemudian, perjalanan pun berlanjut, Juned menekan gas Avanzanonya melaju ke arah papan hijau rute Ciawi Bogor.

Saya berinisiatif mengambil rute Jakarta – Ciawi – Cicurug – Cibadak – Sukabumi - Lengkong - Jampang Tengah - Jampang Kulon - Surade -Ujung Genteng. Jalanan cukup lancar, mengingat kami benar-benar berangkat kurang lebih pukul 02.00 pagi. Ketika sampai di jalan raya Cibadak yang cukup berliku-liku. Lia kembali merasa ingin muntah. Tapi kali ini ia hanya menahannya dengan tiduran di bangku tengah. Sedangkan kami bertiga berhimpit-himpitan duduk di belakang.

Sepertinya Lia serius mengeluh ingin muntah dan kami tidak begitu memperhatikannya. Tanpa diduga-duga, Buuuurrrrrr... Lia seperti mbah dukun saja, ia memuntahkan isi makanannya lagi. Sontak, Hanum dan Ririen pun mundur ke belakang, takut kena semburannya. Hanya saya yang tanggap menghampirinya hingga duduk di sampingnya sambil ngelapin bekas muntahannya. Dan sempat lagi-lagi mencium bau muntahnya. Kali ini saya benar-benar ingin ikut muntah rasanya, tetapi saya tahan, karena kalau saya Jackpot nanti siapa navigator yang diandalkan. Jackpot kedua sudah beres. Perjalanan pun berlanjut menyusuri jalan raya Cibadak dan Pelabuhan Ratu.

Jackpot Ketiga

Beriringan dengan Jackpot ketiga Lia yang tidak terlalu parah. Saya sempat bingung ingin lurus ke Bandung atau belok kanan arah ke Sukabumi dan Pelabuhan Ratu. Sambil menimbang-nimbang ambil arah mana. Avanzano melipir dan Lia membawa kresek yang masih ready stok. Sepertinya sisa muntahan Lia sudah keluar semua. Ia pun merasa sedikit enakan tapi masih sedikit keliyengan, ungkapnya. Avanzano pun memutar arah berbelok ke palang arah tertulis Sukabumi dan Pelabuhan Ratu.

Melalui rute arah tersebut, tak terasa jarum jam sudah hampir menunjukkan waktu sholat Subuh. Kami akhirnya berhenti di sebuah masjid kecil, sekedar beristirahat sejenak dan merebahkan segala kelelahan kepada Sang Pencipta. Perjalanan berlanjut, kota Sukabumi sudah terlihat. Dimulailah kami menyusuri daerah Lengkong-Jampang Tengah-Jampang Kulon yang tracknya cukup terjal dan berkelok-kelok. Tapi jalanannya sudah cukup baik karena sudah beraspal. Mungkin perbaikan dilakukan karena banyaknya turis yang datang ke Ujung Genteng.



Rasa kantuk dan bosan karena tidak kunjung sampai pun menghinggapi kami. Saking bosannya sang Supir Juned pun merasa pusing, karena jalanan yang terjal dan berkelok. Segera kami beristirahat di Saung sederhana pinggir jalan masih di derah Lengkong. Dengan berbekal Lontong plus sambal buatan Emaknya Ririen, jelly buatan Hanum, ngeteh buatan si Ibu Saung dan sedikit cemilan kacang. Kami merebahkan badan sejenak sambil bersenda gurau seraya mengobati badan yang lelah ini.





Kurang lebih 1 jam kami beristirahat. Saat itu pukul 08.00 pagi, kami melanjutkan perjalanan yang masih panjaang sekali. Karena jujur agak sedikit pusing di jalan dengan palang-palang jarak berapa meter Ujung Genteng dapat ditempuh. Teman-teman yang lain begitu memperhatikan. Justru saya tidak terlalu melihat angka-angka itu. Tepatnya pukul 10.00 kami tiba di gapura selamat datang tempat wisata Ujung Genteng.

Barisan pohon kelapa sudah tampak dipelupuk mata. Banyak, tinggi, dan melambai-melambai dengan nyiurnya. Seraya memanggil kami untuk bermain bersama semilir anginnya. Merasa kegirangan kami pun senang bisa melihat pantai yang sepertinya sudah cukup dekat. Namun itu ternyata hanya fatamorgana. Pantai masih sangat jauh. Begitu juga dengan penginapan.

Kurang lebih 1 jam, akhirnya kami memasuki peisir pantai. Rumah-rumah dan pondok-pondok penginapan pun sudah tampak. Penginapan pertama yang masuk daftar ceklist kami adalah Dewi Sari Bunga. Tempatnya di pinggir jalan. Masih sedikit berjalan kaki jika ingin ke pantai. Kamarnya pun sederhana dengan kasur muat berempat, kipas angin dan kamar mandi di dalam. Saya dan Hanum bertanya kepada pemilik penginapan tersebut dan mematok harga Rp. 75 ribu/malam. Sangat-sangat murah.

Sebelum memutuskan penginapan mana yang akan kami "tiduri". Kami ingin melihat penginapan daftar kedua kami yaitu Pondok Hexa. Penginapan itu terletak sebelum Dewi Sari Bunga. Tetapi masih harus masuk ke pesisir pantai. Pondok Hexa tempat yang nyaman untuk beristirahat. Walau pun sempat salah jalan menuju pondok tersebut.Yaitu kami berhasil mengobrak-abrik kawanan entok yang sedang kawin.

Tak sabar melangkahkan kaki dan menghirup sari-sari keindahan pesisir pantai Ujung Genteng. Kami sepakat menginap di Kamar Kelas Kerang dengan fasilitas ranjang dan kasur tidur muat berempat, AC, DVD player, dan kamar mandi di dalamnya. Seharga Rp. 250 ribu/malam. Kami mengambil dua kamar kelas Kerang. Sehingga total yang kami bayar sebesar Rp. 500 ribu/malam. Sebenarnya penginapan kami menurut saya sangat mewah. Tapi sepadan dengan suguhan keindahan alam pantai Ujung Genteng. 



 
;