Selasa, 13 September 2011

ICT Travel Muslim Kawula Muda

Sthira, 26 tahun, berencana nonton bola Inter Milan versus AC Milan di Beijing bareng dengan kedua temannya, awal bulan ini. Dalam benaknya, ia bimbang, apakah ada travel yang menyediakan nonton bola sekaligus memfasilitasi ibadahnya di bulan Ramadhan. Dia harus menemukan travel yang bisa mewujudkan keinginannya itu. Dia pun segera browsing-browsing internet.

Kemudian, setelah muncul berderet entri kata travel dia lihat. Ternyata hanya ada satu travel yang menyediakan paket nonton bola plus berwisata dengan konsep muslim. Mengingat bulan ini bulan puasa. Pria yang bernama lengkap Pradipta Sthira Soenario, ingin nonton bola dan juga sekaligus ibadah puasanya tidak terganggu.

Travel yang ia pilih adalah PT. Indo Citra Tamsya (ICT). Pada waktu itu, Sthira tahu bahwa  ICT paket-paketnya memang dikhususkan ke Beijing. Dan pada saat itu, ada pertandingan bola di Beijing. Kebetulan ICT memang mengadakan tour yang sekaligus nonton bola dengan konsep muslim. "Yang pastinya mereka lebih fokus ke muslim, lebih diatur mengenai masalah makan tempat-tempat yang dituju dengan muslim," ujarnya kepada Ageng Wuri R. A. dari GATRA, Jumat (12/08).

Pria yang bekerja sebagai property consultan ini mengambil paket Nonton Bola Beijing Muslim dengan waktu 4 hari, 3 malam. Berangkat tanggal 07 Agustus 2011 dan pulang dari Beijing tanggal 10 Agustus 2011, tiba di Jakarta hari rabu 11 Agustus 2011 dini hari.

Hari pertama, yakni nonton pertandingan bola. Selain itu, juga ada beberapa tour atau obyek wisata yang ia kunjungi bersama 20 rombongan dari ICT. Di hari kedua, rombongannya mengunjungi Tea House of China. Kemudian, ke Tradisional Chinese Medicine Center.Hari ketiga, berkunjung ke Great Wall of China dan Forbidden City serta nonton Acrobatic Show of China. Di hari terakhir, rombongan dimanjakan dengan berbelanja di Wang Fu Jing Shopping Street.

Menurutnya, tempat wisata yang dikunjungi itu ada beberapa yang tidak pas dengan umurnya yang rata-rata 20 tahun ke atas. Karena, ada beberapa obyek wisata yang memang diperuntukkan untuk orang tua. Misalnya tentang obat-obatan dan kesehatan. "Tapi yang saya dengar itu memang diwajibkan oleh pemerintah China. Jadi ya mau nggak mau kita harus ke sana juga," ungkapnya.

Walaupun demikian, ia sangat puas dengan pertandingan bola yang ia tonton. Selain tujuan utamanya terpenuhi. Posisi bangku yang disediakan ICT juga sangat nyaman. Sehingga untuk melihat pertandingan ke arah lapangan sangat terjangkau.

Disamping itu, kepuasan yang ia rasakan adalah soal harga. Soal harga, ia merasa ICT cukup terjangkau karena bisa nonton  pertandingan bola dengan segala fasilitasnya. "Paketnya all in 8 juta rupiah pas, udah dari transport, makan, akomodasi, tiket pertandingan bola, wisata, dan lain-lain. Dari segi harganya masuk akalah," tuturnya.

Profil Pendiri PT. Indo Citra Tamasya

Indira Mahatma Devhi (Dira), Director ICT, lulusan Sarjana Marketing Manajemen, Institute Business of Indonesia. Pengalaman beliau di dunia pertelevisian sebagai Producer, dimana ia pernah bergabung dengan PT. Prime TV Indonesia dan PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Selain itu, penghargaan yang pernha diraih adalah sebagai Runner UP Abgan None tahun1996, Jakarta Utara dan Main Talent untuk iklan televisi, seperti Cadburry Chocolate, Yamaha Motor dan BTN.

Dwi Anisa Prafitria (Tria), Operational Director ICT, lulusan Sarjana Komunikasi, Universitas Indonesia dan Master of Arts in Communication Studies, University od Leeds UK (S2). Pengalamannya di bidang komunikasi, pernah bergabung dengan Stratcom Indonesia dan Ogilvy PR yang masing-masing bergerak di bidang Public Relation Consulting. Sebelumnya juga sempat dengan salah satu radio di Jakarta sebagai penyiar, promotion dan PR. Diluar dunia komunikasi beliau pernah aktif di salah satu organisasi kemanusiaan internasional dibawah naungan badan PBB, yaitu United Nations World Food Programme (UNWFP).

Aurandhani Aritsa (Aura), Director of Finance ICT, lulusan Sarjana Sastra Cina, Universitas Indonesia dan Master of Science in International Political Studies, Nanyang Technological University Singapore (S2). Pengalamannya di dunia financial sebagai Assitant Program Manager, PT. Bank Danamon Indonesia. Sebelumnya pernah menjadi Guru Bahasa Mandarin di PT. Mantika dan Freelance Mandarin Teacher for Indonesian Students in Singapora. Aktifitas yang pernah dijalani sebagai President Committee of Festival Pecinan 2003. Penghargaan yang pernah diraih adalah PRO-SYS Project Management Certified dan Establihing Vain Project clothing company.

Profil PT. Indo Citra Tamsya

Berawal dari pengalaman jalan-jalan tiga dara cantik bersaudara. Yaitu Indira Mahatma Devhi (Dira) 37 tahun, Dwi Anisa Prafitria (Tria) 34 tahun, Aurandhani Aritsa (Aura) 29 tahun. Ketika berada di luar negeri, mereka sering mengalami kesulitan untuk menentukan arah kiblat untuk sholat dan mencari makanan yang halal. Karena travel besar yang mereka pilih tidak bisa menjamin halal.

Agustus 2008, mulai merintis sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengaturan perjalanan dengan konsep konvensional dan muslim. Dengan tujuan perjalanan seorang muslim dapat terjamin aman dan nyaman dalam hal ibadah dan makanan yang halal. Sehingga tidak perlu khawatir dan was-was ketika berada di tempat dengan Islam minoritas.

Walaupun ada tantangan terberat menghadang, yakni demand atau permintaan yang belum terlalu banyak. Namun, mereka terus berusaha untuk mewujudkan agar masyarakat dapat tanggap dengan pilihan wisata muslim yang mengutamakan kenyamanan beribadah. “Makannya kita yang punya bertiga, saya, kakak saya, dan adik saya. Jadi mikir, kita menyediakan service yang seperti ini,” ujar Tria kepada Ageng Wuri R. A. dan Sujud Dwi Pratisyo dari GATRA, selasa (09/08) di kantor ICT di Komplek Perkantoran Kuningan, Jakarta Selatan.

Dengan adanya demand yang belum seperti pasar. Tria berpikir bahwa selama ICT bisa menawarkan yang benar. Dalam arti sesuai dengan cara Islam yang halal dan syar’i, masyarakat pasti akan memilih yang benar. Tetapi mereka harus memikirkan lagi bagaimana untuk bisa membuat permintaanya dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan ICT. “If you have the better choice kenapa nggak,” katanya.

Tria yakin bahwa bisnis ini memiliki kesempatan besar, karena memang pertama di Indonesia. Selain itu, penduduk Indonesia mayoritas muslim. Ditambah dengan adanya budget airlines yang murah, mereka menganggap bahwa orang lebih mudah untuk bertraveling. Karena fiskal tidak ada. Sehingga menjadikan kesempatan lebih besar untuk orang bertraveling. “Nggak harus nunggu pensiun dan tidak terbatas ke golongan atas. Sekarang menengah pun sudah bisa. Jadi menurut kita ini pasti bagus kalau kita serius dan kita bener-bener serius,” ungkapnya.

Dari pertama kali ICT dibangun, diakui Tria dan saudaranya masih banyak ada pembelajaran yang mereka hadapi. Karena mereka memang sebenarnya bukan pemain handal di bidang jasa perjalanan. Sampai saat ini pun mereka masih belajar untuk menjadi lebih baik lagi.

Awalnya ICT dibangun, sebenarnya belum menggaet konsumen. Mereka melakukan usaha dari  door to door ke travel-travel hingga mengirim email ke berbagai travel-travel kecil di Jakarta dan sekitarnya. Pendekatan yang mereka lakukan pun secara konvensional. Namun, saat ini sudah berkembang. Mereka ingin menggunakan cara-cara yang tidak terpikirkan oleh travel atau tour operator lain.

Cara-cara itu adalah mulai dari promo di sosial media, seperti twitter, facebook, dan website. Tidak hanya itu, iklan di koran dan media juga digencarkan, sejak tahun 2009 di Republika dan travel kecil serta pernah talkshow di radio. Karena mereka bukan travel agen, melainkan sebuah tour operator yang lebih tematis. Mereka ingin menunjukkan bahwa ICT ini lebih ke wisata muslim dan sedikit berbeda dengan pemain lainnya.

Media campaign baru dimulai ICT Maret 2011. Dan itu membuat peningkatan permintaan dari sebelumnya. Sedangkan pemasukan dari travel agen ICT menerima sebesar 60 %. Dan bertambah lagi dari sosial media.
Dengan motivasi itu, ICT saat ini sudah memiliki kantor sendiri. Walaupun masih numpang, dengan sebuah perusahaan minyak dan gas bumi serta tenaga alam bernama Bangkit Indonesia Persada, milik Ayah mereka.

Tetapi mereka yakin mampu menjalankan bisnis yang sering dipandang sebelah mata oleh banyak pihak.
Sebelumnya ICT merupakan sebuah perusahaan travel konvensional yang  kebetulan kenal dekat dengan Ayah mereka. Namun, pada saat itu hampir bangkrut. Kemudian, merger atau bergabung dan menjadi ICT. “Jadi dikasih ke kita, karena kita nggak pegang travel, mendingan karena kita ada bisnis opportunities ke sini, jadi ke tour operator muslim aja,” terangnya.

Setelah bergabung, melalui rekan Ayah mereka, ICTdibukakan jalan untuk bekerjasama dengan China Airlines. Yang kemudian China sebagai destinasi favourite. Karena mereka memang memiliki partner Islamic China Tour.

Ditangani oleh Beijing Travel Services, salah satu travel terbesar di Beijing. Sahamnya dimiliki oleh setengahnya pemerintah China. Dan mereka berani jamin, bahwa satu-satunya tour yang bener-bener muslim adalah ICT.

Alasan ICT tidak memilih Garuda karena sudah bekerja sama dengan yang lain. Disamping harganya yang mahal, juga sudah memiliki paket sendiri. “Kau untuk ke Thailand pilihannnya banyak ada Thai Airlines, Air Asia, Garuda,” ujarnya.

Dengan karyawan berjumlah 10 orang ICT menyediakan produk-produk muslim, namun tidak bergerak di umroh dan haji. Karena memang sudah ada musimnya sendiri. Produk ICT yang ditawarkan sebenarnya sama dengan travel konvensional lainnya. Tetapi tentu ada perbedaannya. ICT masih mengikuti kaidah-kaidah yang ada di Islam. ICT sudah bertahan kurang lebih tahun. Di tahun pertama mereka masih set up segala hal. Kemudian di tahun kedua dan ketiga mereka baru memasarkan produk-produk secara lebih fokus.

Dengan konsep bukan sebagai travel agen melainkan tour operator. Spesialisasi mereka adalah sebagai pengaturan tour akomodasi dan transportasi selama di negara tujuan. Terkadang bahkan travel agen mengambil produk ICT. Ada pula beberapa rekanan travel ICT produknya ada di mereka juga. “Jadi kalau misalnya mereka ada customer yang mau wisata muslim larinya ke kita. lebih ke tour operator atau hole saler dari partner-partner kita yang di luar,” tuturnya.

ICT sebagai satu-satunya tour operator yang bergerak di bidang muslim sudah mendapat sertifikasi dan rekomendasi dari Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketuanya adalah KH. Ma'ruf Amin. Beliau juga sebagai penasihat ICT dalam berbisnis tour operator muslim. ICT Bersama Dewan Syariah MUI, dan didalamnya KH. Ma'ruf Amin pernah jalan-jalan.

“Jadi memang sudah dipastikan dari MUI bahwa kita memang bener-bener serius. Kita  memang nggak main-main. Kadang-kadang yang lain-lain suka yang embel-embel muslim, tapi kita nggak bisa garanty hala tapi No Pork aja, tapi yang paling membedakan adalah makanannya. Apakah memang benar-benar halal. Dan ini untuk legitimasi” tegasnya.

Berawal bekerjasama dengan Airlines, ICT menerima permintaan tour muslim maupun yang tidak. Dengan percobaan pertama dengan romobongan yang berangkat sebanyak 15 orang. Rombongan tersebut didapat dari network keluarga mereka. Dari ibu mertua, ngumpulin ibu-ibu pengajian, teman-teman dekat, kenalan, hingga dari  mulut ke mulut. 

Rombongan pertama itu berhasil pergi ke Beijing dengan China Airlines. Kunjugan wisata ke Great Wall, Tiananmen Square dan Forbidden City. Tria mengatakan walaupun percobaan dan ibu-ibu mereka senang. “Dan kita kan pasti ada shoping, dan mereka hoby deh di situ,” katanya.

Destinasi utama ICT saat ini masih China, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Mereka memang belum banyak karena mementingkan kerjasama yang selektif. Selektif dalam arti harus yakin betul bahwa negara-negera destinasi itu halal dan mengerti penanganan orang muslim seperti apa dan bagaimana. Sehingga tidak sembarangan memilih rekan kerjasama untuk tour muslim.

Seperti Korea yang saat ini sedang musim dan banyak permintaan. Saat ini, ICT sendiri sedang melobi kedekatan dan mencari orang-orang atau divisi yang menangani muslim. Namun, karena kesulitan bahasa dan Islam yang minoritas, masih menjadi kendala. “Disana tuh masih belum ketemu language barier, saya sampai telfon sendiri tuh ke Korea tourism board,” jelasnya.

Diluar paket, konsumen juga bisa memilih dan meminta penginapan sendiri, seperti hotrl. Namun, ICT sudah mempunyai hotel-hotel rekomendasi yang memang halal dan ada tanda kiblatnya. Selain itu juga sudah dianggap paling save. “Kalau ada tamu yang minta hotel lain kita bisa costumize tapi semua yang ktia tawarkan di sini,” terangnya.

Untuk paket ICT di atas 15 orang akan disediakan tour leader. Namun jika rombongan dibawah 15 orang tidak disediakan melainkan hanya tour guide lokal. Guide lokal yang bisa berbahasa melayu, indonesia, atau inggris.

Dengan pelayanan sentuhan muslim. ICT juga menyediakan paket-paket khusus. Seperti, bulan ini ada paket Beijing Muslim Tour Football yaitu Inter Milan lawan AC Milan. Rombongan telah berangkat dan kembali sebanyak 20 orang. Pergi tanggal 07-10 Agustus 2011, 4 hari 3 malam. Selain nonton bola, mereka tetap bisa senang dan tenang karena tetap bisa sholat dan menjalankan ibadah puasa.

“Jadi sahur dan puasa mereka dapet. Cuman siangnya nggak. jadi kita bisa sediakan seperti itu tidak kayak musafir yang nggak makan,” ungkapnya. ICT tidak menutup kemungkinan ada konsumen non muslim. Tapi memang masih ikut ke paket muslim dengan makanan tetap halal.

ICT telah bekerjasama dengan Mandiri travel center di pertengahan 2009. Pemegang kartu kredit mandiri bisa discount dan bisa cicilan. Di tahun 2010 bekerjasama dengan BNI Syariah dan masih ongoing. “Alhamdulillah tahun lalu dari BNI Syariah, dapet langsung satu group 75 orang,” tuturnya. Resminya bekerjasama dengan Mandiri dan BNI Syariah merupakan tahap profesional yang telah dilalui ICT. Selain itu cara tersebut paling ampuh untuk menarik konsumen.

ICT selalu memberikan produk yang terbaik dan mementingkan pelayanan. Oleh sebab  itu, mereka selalu memperhatikan konsumen yang sedang bertamsya. Mereka siap menerima komplain karena agar bisa dibagikan kepada rekan di luar juga sebagai improvement.

Saat ini langganan ICT adalah travel-travel kecil. Mereka juga pernah mencoba ke travel besar. Namun, masih belum bisa masuk ke dalamnya. Karena, disamping sudah berpengalaman dan memiliki pasar besar. travel besar juga pasti sudah memiliki destinasi yang luas.

Konsumen ICT tersebar melalui travel-travel kecil dan juga bisa langsung melalui ICT. Dalam satu bulan ICT bisa memberangkatkan tour muslim 50-100 orang. Dan bulan-bulan ramai pada saat liburan sekolah, lebaran, dan liburan akhir tahun (natal dan tahun baru). Namun, ketika low season, biasanya konsumen ICT adalah perusahaan-perusahaan kecil sampai besar. Karena perusahaan biasanya menghindari tiket mahal dan ramai.

Dengan omset 4,5 – 5 miliar rupiah setahun ICT yakin bisa menambah destinasi tempat wisata muslim yang belum terwujud. Namun hal itu tidak mudah. Butuh pendekatan dan pemastian orang-orang yang akan bekerjasama. ICT kedepannya juga akan menarik wisata dari luar ke Indonesia. “Karena kita juga pengen ada packaging yang beda lagi. Kita pengen nggak hanya bisa seneng-seneng, yang wisata luar dapat sesuatu dan masyarakat sini juga dapat sesuatu. Jadi ada timbal baliknya,” lanjutnya.

Pangsa Pasar dan Persaingan Bisnis Travel Muslim

Bisnis wisata muslim dengan mengutamakan kenyamanan ibadah dan makanan halal sangat menjanjikan. Seperti yang dikatakan,  Tria banyak orang yang menganggap remeh bisnis wisata muslim. Namun, ia yakin selama mayoritas penduduk Indonesia muslim, pasar semakin meningkat. “Cuman tantangannya gimana supaya orang tahu kita,” ujarnya.

Dalam setahun terakhir, menurut Tria sudah banyak mucnul kompetitor pebisnis wisata muslim. Tidak banyak pula ternyata yang benar-benar berisi dengan konsep muslim dan mengutamakan kehalalan.
Menurutnya, pelopor wisata muslim kebanyakan berawal dari seperti ICT. Bukan produk resmi dari travel, melainkan dari tour operator. Akhir-akhir ini wisata muslim menjadi trend masyarakat melihat ada permintaan yang besar. Karena memang penduduk Indonesia yang mayoritas Islam dan ada pasarnya.

Dibandingkan dengan Malaysia, bisnis travel muslim bukan hal yang baru lagi. Melainkan suda menjadi hal yang lumrah sekali. Mereka yang muslim suka traveling pasti memilihnya wisata muslim. Sedangkan, Indonesia baru memulai ke arah sana. “Mungkin setahun dua tahun ini. Jadi kayaknya kalau dibilang booming baru mau ya,” terangnya.

Sebelumnya, diungkapkanTria sebenanrya ada seperti ICT, tapi karena dahulu wisata muslim belum lazim maka masyarakat belum tahu. Selain itu juga belum peduli dan pengelolaannnya belum profesional.
“Trus sempet ilang, dan sekarang timbul lagi. Tapi perlu dicermati, atau diwaspadai kadang-kadang ada travel yang mengklaim wisata muslim tapi hanya embel-embel muslim. Cuma kita kan nggak tau mereka tawarkan. Apakah makanannya bener-bener halal. Apakah solat terjamin. Karena untuk ICT kita ni IsnyaAllah sampai sekarang definisi muslim dan halal kita tuh dalem,” paparnya.

Sementara itu, Dira, Director ICT mengamini bahwa di Malaysia yang pertama kali sudah mengatur wisata untuk muslim.Di Indonesia yang mayoritas muslim justru belum ada waktu dulu. “Kita nggak dikenalkan untuk itu,” ujarnya.

ICT bersaing secara sehat dengan Komunitas travel muslim lain. Menurut, Dira sisi positifnya adalah ketika itu tumbuh, berarti permintaan sudah mulai banyak. Memang ketika pertama kali, ICT melakukan pendekatan dengan partner-partner di luar negeri, ada beberapa yang menganggap sebelah mata. Tetapi tetap diyakini olehnya, karena di Indonesia umat terbesar adalah muslim. “Tapi sekarang di luar negeri sudah mulai ada halal-halal berarti prospek dan jalur-jalur itu sudah mulai ada, ujarnya.

Harga paket yang ditawarkan ICT kompetitif, kata Dira. Perbedaannya pun tidak terlalu signifikan dengan travel konvensional. “Kalau China sudah sangat kompetitif banget karena kita udah dari awal disitu, secara infrastruktur untuk muslim sudah ada,” terangnya. Namun, ada beberapa yang masih agak tinggi yaitu di Bangkok, Thailand, Vietnam, tapi tidak sampai beda 200 ribu hingga 300 ribu rupiah. Hanya antara 50-100 ribu rupiah. “Cuman memang setelah kita selami dunia ini, orang ngeliat itu lebih ke harganya aja. Saya juga nggak bisa pungkiri juga, apa memang budget mereka terbatas,” selanya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;