Rabu, 14 September 2011

Harapan Baru Pasien Kanker Prostat

Apakah prostat itu? Prostat merupakan sebuah kelenjar yang dibungkus oleh serabut otot, terletak pada dasar panggul laki-laki. Fungsinya adalah sebagai reproduksi dengan membuat cairan untuk nutrisi sperma dan berperan saat ejakulasi. Kelenjar prostat berbentuk kecil tetapi dapat menimbulkan masalah besar, yakni kanker prostat. Kanker prostat timbul secara bertahap, pertama disebut radang prostat (prostatitis), kedua pembesaran prostat jinak atau biasa disebut Benign Prostatic Hypertrophy(BPH) dan yang terakhir kanker prostat.

Dalam presentasi Prof. Dr. Rainy Umbas,Ph.D, Sp.U, Departemen Urologi RSCM FKUI di Hotel Le Meridien Jakarta pada acara Media Edukasi Kenali dan Waspadai tanggal 9 Juli 2011, kanker merupakan penyakit yang dalam keadaan dimana sel-sel pada suatu organ tertentu tumbuh berlebihan dan mempunyai kemampuan untuk menyebar. Penyakit ini tidak menular dan penyebab pastinya belum dapat diketahui.

Kanker Prostat mulai meningkat yang hanya dialami laki-laki berumur lebih dari 50 tahun. Penyakit ini di Asia termasuk Indonesia tidak terlalu sering, namun dalam 10 tahun terakhir ini dikatakan oleh Prof. Dr. Rainy Umbas, terjadi peningkatan antara 50-260 % dibanding sebelumnya. Disamping itu, di negara-negara Barat penyakit ini merupakan penyakit keganasan yang tersering pada laki-laki.

Selain faktor risiko pada usia muda 20-25 tahun karena stress, diet tinggi lemak, kurang sinar matahari, paparan logam berat, usia lebih dari 50 tahun, ras, dan faktor keturunan juga berperan, yaitu sekitar 5 %. Kanker prostat juga bisa dihambat oleh beberapa faktor. Antara lain dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung penghalau racun, seperti soya dan produk-produknya, teh hijau, lycopene, dan antioksidan.

Di Indonesia, menurut Prof. Dr. Rainy Umbas, khususnya di RSCM dan Dharmais pada tahun 1995-2010, Kanker Prostat sudah sebanyak 40 % dan ada kenaikan sebesar 10 % dari 5 %. Khusus bagian Urologi RSCM saat ini mengalami banyak kemajuan pada pengobatan Ginjal dan Prostat. Keduanya merupakan dua tumor yang paling banyak di sana. Ginjal duduk dinomor 3 dan nomor 2 adalah kanker buli-buli.

Kebanyakan pasien yang datang khususnya di kedua Rumah sakit tersebut sebesar 60 % datang dalam keadaan lanjut. Artinya keadaan lanjut pada prostat sudah berkembang menjadi kanker, yang bermula dari sebuah kelenjar kecil kemudian menjadi radang prostat, lalu jika tidak dicegah akan terjadi pembesaran prostat. Pembesaran protat masih tergolong jinak. Namun, jika tidak peduli dan dicegah akan berubah menjadi kanker ganas.

Gejala kanker prostat bisa terdeteksi melalui diri sendiri, ia mengatakan bahwa gejala pertama terlihat pada gangguan atau keluhan berkemih, yakni terbangun malam hari untuk berkemih, lebih sering berkemih pada siang hari, pancaran kencing melemah (kadang-kadang harus mengedan), kencing tidak lampias (pancuran tidak mengenai sepatu atau kaki).

Gejala yang kedua dapat terdeteksi adanya darah pada air kencing atau sperma, gangguan atau disfungsi ereksi, nyeri tulang khususnya tulang belakang, pinggul dan pangkal paha atau paha bagian atas, kelemahan atau kelumpuhan tungkai bawah. Ia juga mengutarakan bahwa risiko terjadi infeksi, rasa nyeri dan perdarahan dapat dicegah dengan pemberian antibiotik. Yakni obat-obat pegurang nyeri dan menghentkan sementara obat pengencer darah. 

Oleh sebab itu, ia memberi saran kepada pasien atau masyarakat agar segera memeriksa kepada dokter bila terbangun malam hari untuk kencing dan sebagainya. Pemeriksaan prostat, menurutnya harus dilakukan secara berkala, yakni 1 kali pertahun. Pemeriksaan tersebut dengan colok dubur dan PSA. "Walaupun tidak ada gejala, bila anda mulai usia 40 tahun bila ada riwayat kanker prostat di keluarga seketurunan segeralah periksa sebelum berumur 50 tahun," terangnya.

Colok dubur merupakan salah satu pemeriksaan baku untuk diagnosis kelainan prostat. Namun tidak semua kanker prostat dapat terdeteksi dengan cara ini. "Tidak semua kanker prostat dapat diraba," ujarnya. Ada pula pemeriksaan kanker prostat dengan PSA. Pemeriksaan ini adalah dengan melihat kadar Prostat Spesific Antigen (PSA) darah. Pemeriksaan ini guna menentukan perlu atau tidaknya dilakukan biopsi prostat dan pemantauan hasil pengobatan. Kadar prostat juga dapat meningkat pada keadaan terjadinya infeksi prostat, setelah aktivitas seksual dan makanan pedas atau minum alkohol.

Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya kanker prostat adalah biopsi prostat. Biopsi prostat merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan alat bernama Transrectal Ultrasound (TRUS) yang terdapat besi panjang  berbentuk seperti jarum bernama biopsy needle. Alat ini bisa melacak adanya kanker prostat dan bisa masuk ke dalam organ laki-laki yakni prostat. Alat itu akan mendeteksi ada atau tidaknya kanker prostat dan akan terlihat di layar monitor. Prof. Dr. Rainy Umbas menegaskan bahwa biopsi tidak membahayakan untuk terjadinya penyebaran. "Diagnosis dini sangat penting karena akan memberikan hasil pengobatan yang terbaik," ujarnya.

Pengobatan kanker prostat tergantung pada tingkat penyakit dan derajat tumor, usia, adanya penyakit lain, dan keinginan penderita. Bagaimana caranya ? Dikatakan Prof. Dr. Rainy Umbas adalah dengan pengamatan, operasi pengangkatan prostat, terapi sinar (radiotherapy), terapi hormonal, kemoterapi dan perawatan paliatif bila sudah sangat lanjut. Terapi hormonal adalah pengobatan kanker prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron serendah-rendahnya

Untuk pengobatan dengan operasi, ia menganjurkan bahwa dilakukan pada stadium awal, dengan usia kurang dari 70 tahun. Dan tidak memiliki penyakit lain, misalnya Diabetes Melitus, Jantung, Stroke, dan lain-lain. Jika memiliki penyakit lain, maka akan dapat membahayakan saat pembiusan. "Operasi dapat dikerjakan secara operasi terbuka, laparoscopy atau robotic assisted," katanya.

Sedangkan, pengobatan dengan terapi sinar atau radiotherapy, ia menyarankan juga dilakukan pada stadium awal, berusia kurang dari 70 tahun. Cara ini dilakukan jika terdapat penyakit lain yang membahayakan untuk operasi. Terapi sinar dilakukan di luar tubuh atau External Beam Radio Therapy (EBRT) dengan memasang implan radioactive menetap (Brachytherapy). "Pada pengobatan ini terkadang perlu kombinasi dengan pengobatan hormonal dengan obat suntik," tuturnya.

Adapun terapi hormonal merupakan pengobatan pilihan pilihan bila sudah ada penyebaran tumor. Dengan tujuan untuk menurunkan kadar hormon testosteron serendah-rendahnya. "Dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan kedua buah zakar atau dengan obat suntik 1 kali perbulan hingga 1 kali pertiga bulan," lanjutnya.

Vaksin Kanker Prostat Sipuleucel-T

Penderita kanker prostat kini bisa bergembira. Karena pengobatan penyakit ini sudah bertambah. Salah satunya yang baru saja disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Obat dan Makanan Amerika pada tanggal 29 April 2010. Obat itu berwujud vaksin yang bernama Sipuleucel-T bermerek Provenge yang berasal dari perusahaan farmasi Amerika Serikat, yakni Dendreon.

Sipuleucel-T merupakan vaksin kanker terapi pertama untuk menguji secara klinis efektivitasnya di fase III dengan memberikan ketahanan hidup lebih lama. Khususnya pada pasien yang berada di tingkat lanjut, metatesis (menyebar), atau nama lainnya untuk tingkat ini adalah Castrate Resistant Prostate Cancer (CRPC).

Sipuleucel-T juga menjadi bagian referensi pengobatan yang telah dipublikasikan oleh National Comprehensive Cancer Network (NCCN). Obat ini mendapat kategori pertama yang paling direkomendasi oleh para dokter untuk mengobati kanker prostat yang tergolong CRPC. Salah satunya adalah Prof. Dr. Rainy Umbas,Ph.D, Sp.U yang  menjadi panelis dalam NCCN bagian ASIA.

Dipaparkan Prof. Dr. Rainy Umbas vaksin ini bekerja secara imunterapi. Bentuk vaksin berbeda dari yang lain, dan sistemnya adalah pencegahan. "Karena badannya dibuat autoimun untuk melawan penyakit yang akan datang. Jadi vaksin ini dibuat dari sel badan kita sendiri yang bisa mengenali penyakit itu untuk merusak sel kankernya secara atau dengan reaksi imunologi," terang Prof. Dr. Rainy Umbas,Ph.D, Sp.U kepada Ageng Wuri R. A. dari GATRA, Senin (24/07) di lantai 1 Sub Bagian Urologi RSCM Salemba Jakarta Pusat.

Ia juga mengatakan bahwa vaksin ini digunakan ketika pengobatan konvensional tidak bisa menjadi pilihan lagi. Jika penyakit  masih dalam tingkat awal, bisa dilakukan operasi dan diangkat seluruhnya. Namun, jika terlambat dan sudah ada penyebaran ke bagian tulang dapat diobati dengan pengobatan hormonal. Pengobatan hormonal dengan cara dikurangi hormon yang dimiliki pasien.

"Ini reaksinya biasanya terbatas, rata-rata 2-4 tahun. Masih bisa nurut dia, jadi sel-sel kankernya diam atau tidur. Setelah 2-4 tahun dia akan bangun lagi. Bagaimana kita tahu dia bangun, itu biasanya dilihat dari monitor kita untuk periksa PSA. PSA naik lagi, dan progresif lag," jelasnya.

Menurutnya, memberikan Sipuleucel-T indikasinya tidak bisa secara general. Dalam arti tidak semua pasien kanker prostat bisa diberikan. "Biasanya yang tidak terlalu berat keluhannya. Karena kita tahu pemberian obat ini pasti akan ada efek sampingnya, jadi dipilih yang gejalanya tidak terlalu berat. Ada penyebaran ke tulang tapi tidak sampai lumpuh total," ungkapnya.

Penerapan metode pengobatan vaksin ini terdiri dari tiga langkah. Pertama, darah pasien diambil yang selnya bernama Antigen Presenting Cell (APC). Kemudian, darah ini diproses. Nama prosesnya adalah Leukapheresis. "Prosesnya ini tidak bisa disembarangan tempat. Itu sebabnya, pengobatan ini menjadi relatif lebih mahal. Dan saat ini di Asia mereka sedang baru tahap mencari dimana pusat pemrosesan darah ini menjadi vaksin," tuturnya.

Pengobatan dengan menggunakan vaksin ini bisa dimana pun. Namun, yang menjadi tidak gampang adalah tempat pemrosesan darah pasien. Karena, hanya pihak Dendreon yang mempunyai fasilitas ini. "Pengobatan bisa ada dimana aja, misalnya di RSCM. Pasien ambil darah kirim, proses dikembalikan kita tinggal masukin berarti membuat darah ini atau sel-sel APC ini menjadi siap pakai.dengan Leukapheresis ini dapatlah sel APC," paparnya.

Kemudian sel APC dimasukkan kedua komponen. Pertama antigen yang bernama Prostatic Acid Phosphatase (PAP) dan kedua adalah Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF). "Nah ini semua dikerjakan oleh Dendreon dan fasilitas mereka. Jadi perusahaan Dendreon akan buat fasilitas. Di Amerika saya tidak tahu tapi di Asia mungkin satu tempat dan sedang dicari dimana kantornya," ungkapnya. Penggabungan dua komponen tadi ke dalam APC akan menjadi Sipuleucel-T.

Sipuleucel-T merupakan obat yang bersifat spesifik. Artinya tidak bisa dipakai pada semua pasien. Hanya bisa dipakai oleh pasien itu sendiri dari darahnya sendiri. "Makanya namanya autologus atau hanya untuk satu orang pengobatan," katanya. Penggunaan vaksin ini diberikan tiga kali dengan selang tiga minggu. "Jadi orang itu akan diambil darahnya tiap dua minggu sampai tiga kali diproses, dikirim kembali diinfuskan, infusnya sebentar satu jam selesai," ujarnya.

Efek samping dari vaksin ini, ujar  Prof. Dr. Rainy Umbas bahwa sama seperti memberikan vaksinasi. Efeknya seperti demam, panas dingin, sakit punggung, mual-mual, sakit sendi, menggigil, sakit kepala, dan kecapekan. "Itu berlangsung kira-kira beberapa hari setelah diinfuskan. Reaksi-reaksi itu yang bisa terjadi kira-kira 15 persen," terangnya.

Tingkat keberhasilan vaksin ini, menurutnya sangat berbeda dan bermakna dibandingkan vaksin pembanding plasebo. Pasien yang diberikan vaksin ini lebih lama hidup dibandingkan vaksin sebelumnya. "Waktu mereka bikin trialnya itu, bedanya kira-kira 5 bulan antara orang yang dia kasih provenge ini sama yang tidak dikasih untuk survivalnya. Perbedaannya itu bermakna, itu sebabnya sehingga disetujui oleh FDA. FDA melihat jumlah sampelnya cukup dan cara penelitiannya benar. Kemudian hasilnya berbeda. Saya kira kalau nggak salah ada 600 pasien, dimana 400 yang dapet provenge yang 200 tidak itu di Amerika," paparnya.

Sipuleucel-T menunjukkan kelangsungan hidup secara keseluruhan dan memberikan manfaat bagi pasien dalam tiga fase double-blind secara acak uji klinis, D9901,  D9902a, dan IMPACT. Pada fase D9901 terdaftar 127 pasien dengan metastasis Hormone Resistant Prostate Cancer (HRPC) atau CRPC asimtomatik secara acak dalam rasio 2:1. Waktu kelangsungan hidup rata-rata untuk pasien yang diobati dengan Sipuleucel-T 25,9 bulan dibandingkan dengan 21,4 bulan untuk pasien plasebo yang diobati. Kelangsungan hidup secara keseluruhan secara statistik signifikan (P = 0,01).

Fase kedua D9902a dirancang seperti sidang D9901 tapi terdaftar 98 pasien. Waktu kelangsungan hidup rata-rata untuk pasien yang diobati dengan Sipuleucel-T 19,0 bulan dibandingkan dengan 15,3 bulan untuk pasien plasebo yang diobati, namun tidak mencapai signifikansi statistik.

Fase ketiga, IMPACT merupakan dasar untuk persetujuan lisensi Sipuleucel-T oleh FDA. Percobaan ini terdaftar 512 pasien dengan asimptomatik atau minimal gejala metastasis HRPC atau CRPC acak dalam rasio 2:1. Waktu kelangsungan hidup rata-rata untuk Sipuleucel-T pasien adalah 25,8 bulan dibandingkan dengan 21,7 bulan untuk pasien plasebo yang diobati. Kelangsungan hidup secara keseluruhan secara statistik signifikan (P = 0,032).

Plasebo pasien di semua tiga percobaan diizinkan untuk menyeberang setelah perkembangan penyakit untuk mengambil versi Sipuleucel-T yang terbuat dari darah beku mereka yang tersimpan pada entri percobaan (APC8015F). Publikasi penelitian  mengamati bahwa cross-over pasien memiliki waktu kelangsungan hidup rata-rata diperkirakan 23,8  bulan dibandingkan dengan 11,6 bulan untuk pasien yang tidak pernah menerima Sipuleucel-T dalam bentuk apapun. Namun, pengamatan ini adalah retrospektif sehingga tes calon akan diperlukan sebelum manfaat Sipuleucel-T beku bisa dikonfirmasi.

Tahun lalu, Prof. Dr. Rainy Umbas telah melakukan pertemuan America Urological Assosiation di San Fransisco. Pada waktu itu, Sipuleucel-T baru saja diapprove oleh FDA. Kebetulan ia mempunyai teman yang juga memiliki teman orang Dendreon. "Jadi saya diajak makan siang, ngobrol-ngobrol. Nanya kan teman saya, ini gimana kalau diadain di Asia," ujanya. Karena ia kenal banyak orang di Asia Urological. Pada waktu sama ia juga diundang oleh ASIA Urological di Taipe.

Dari situlah muncul ide untuk melakukan ujiklinis di ASIA dan mendirikan fasilitas pemrosesan Sipuleucel-T di ASIA. "Sekarang yang dicari adalah fasilitas untuk mengolah darah tadi. Mungkin beberapa negara ada yang susah untuk mengirim darah keluar masuk, termasuk Indonesia. Dia harus nyari tempat yang sentral, dimana dengan mudah berhubungan dengan semua negara yang ada di Asia. Karena nanti di Asia satu di Australia satu, dipisah. Kemungkinannya sih Singapura karena dia fasilitasnya baik, dari sisi perhubungan nggak ada masalah. Kita sudah pernah sih ngirim sampel darah itu lewat TNT, nggak masalah. Cuman biayanya mahal," paparnya.

Tahun 2012, pengujian akan dilakukan di Indonesia yaitu di RSCM. "Jadi rencanya kita bisa dapet sebagai suatu pusat trial yang akan dijalankan tahun ini," ujarnya. Pengujian akan dilakukan di beberapa negara, khususnya di Asia, antara lain Jepang, Cina, Korea, India, Indonesia, dan Singapura. "Kita akan ikut ujiklinis tahun depan, pasca pemasaran namanya, karena fase tiganya sudah selesai yang mengatakan ini yang dibandingkan dengan plasebo. Ini uji klinis pasca pemasaran, untuk melihat apa betul orang yang dikasih obat ini benar seperti hasilnya waktu mereka bikin penelitian. Tahun ini targetnya fasilitasnya dulu jadi," tuturnya.

Diperkirakan oleh Prof. Dr. Rainy Umbas harga vaksin ini untuk satu kali infus sebesar 10 ribu US dollar. Tetapi itu belum tentu, karena itu adalah harga untuk keseluruhan. "Tentu kalau makin banyak pasiennya akan makin turun harganya. Saya nggak berani expose ongkos ini karena belum pasti. Tapi inilah salah satu pengobatan kanker yang sudah lanjut," ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa ada empat obat untuk pasien yang tergolong CRPC atau sudah lanjut, antara lain Provenge (Sipuleucel-T), Taxotere (Docetaxel), Jevtana (Cabacitaxel), dan Novantrone (Mitoxantrone).  Diantara keempat obat tersebut, hanya Sipuleucel-T yang bekerja secara imunterapi dan satu-satunya vaksin. Ketiga lainnya secara kemoterapi dengan cara suntikan.

Sebagai informasi, ia juga mengatakan bahwa akan ada obat baru lagi berbentuk tablet yang akan diujicoba di Indonesia November tahun ini. "Abiraterone acetate, dimakan setiap hari, tentunya lebih sederhana dan efek samping tetap masih ada," lanjutnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih banyak buat resep herbalnya...

http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-prostat/

Posting Komentar

 
;