Kamis, 21 Juli 2011

Diet Soda Baik atau Tidak?


dr. Fiastuti Witjaksono MSc. MS. SpGK., Ahli Gizi Medik FK UI. menanggapi atas penelitian yang dilakukan oleh Dr. Helen Hazuda,kepala divisi epidemiologi klinis dari Texas School of Medicine. Hazuda mengatakan bahwa anggapan diet soda dan pemanis buatan yang dipakai di dalamnya sebagai alternatif yang lebih sehat adalah salah. Ia mengatakan hasil penelitian membuktikan diet soda justru berbahaya bagi tubuh. Selain meningkatkan ukuran lingkar pinggang yang menjadi penanda obesitas, diet soda juga bisa mengakibatkan diabetes tipe 2.

Menurut dr. Fiastuti dalam penelitian ini bahwa obesitas harus dilihat sebagai akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar dalam jangka lama. Ia juga mengatakan bahaya diet soda bagi kesehatan dibanding soda full kalori biasa dapat menyebabkan erosi pada enamel gigi, ketergantungan terhadap kafein, dan phospornya dapat menyebabkan pengeluaran kasium berlebihan.

Kebanyakan diet soda memakai pemanis buatan, umumnya pemanis buatan itu, tutur dr. fiastuti bahannya adalah aspartam. Aspartam akan cepat hilang di dalam tubuh. “Tetapi metabolite aspartame, yaitu methanol phenil alanin dan asam aspartat akan berefek pada tubuh,” ujarnya kepada Ageng Wuri R. A. dari GATRA, Senin (04/07) melalui pesan email.

Disamping itu, berdasarkan penelitian katanya, efek metabolit aspartame tersebut belum mempunyai bukti-bukti yang kuat dalam menyebabkan berbagai kelainan yang berbahaya untuk tubuh manusia. “Karena itu berbagai badan kesehatan dunia, seperti FAO, FDA, masih memperbolehkan konsumsi sekitar 40-50 mg/kg BB perhari,” ungkapnya.

Dipaparkan dr. Fiastuti bahwa secara teori gula, diet tidak mengandung kalori sehingga pasti tidak bisa menyebabkan kegemukan. “Mungkin kegemukan disebabkan karena konsumsi makanan lain,” tuturnya. Namun, sampai sekarang, ucap dr. Fiastuti, bahwa belum ada bukti-bukti yang kuat mengenai bahaya pemanis buatan terhadap kesehatan, bila diminum sesuai standar yang ada.

Mengenai pernyataan peneliti yang menyarankan bahwa jika ingin minum soda, lebih baik yang full kalori soda tetapi dalam jumlah yang tidak berlebihan, dr. Fiastuti tidak setuju. “Karena efek soda full kalori berarti selain ada efek soda juga ada efek gula,” jelasnya. Selain itu, dalam hal kegemukan di Indonesia mengenai sumbangan minuman soda bagi peningkatan kasus obesitas di Indonesia, ia belum pernah membacanya.

dr. Fiastuti juga menambahkan tips dan trik mengonsumi minuman soda yang aman. Dengan cara mengonsumsi 1 kaleng minuman bersoda full calorie mengandung 5 sendok makan gula yang berarti 200 kalori. Sedangkan, batas angka kecukupan gizi untuk konsumsi gula adalah 5% dari total kalori berarti 2,5 sampai 3 sendok makan. “Sehingga mengonsumsi 1 kaleng soda sudah melebihi angka kecukupan gizi untuk konsumsi gula,” lanjutnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;