Senin, 18 Februari 2013 2 komentar

Oase Hidup


Senja sore itu
Tersenyum lembut
Menyapa hariku
Yang terasa panjang

Kilaunya indah
Tak menyilaukan 
Tak menakutkan

Memenuhi hasrat jiwa
Yang belum terpenuhi
Oleh sentuhan hangatmu

Setiap detik
Menit
Jam
Yang menguasaiku
Tiada berarti tanpamu

Dalam setiap langkahku,
Seperti oase hidup yang abadi
Naungan jiwa yang selalu mengisi kehampaan

24 Maret 2008
Depok
2 komentar

Masih

Masih ingin didekat kalian,
Berjalan bersama,
Bergandeng tangan,

Saat itu kita ada
Merajut kisah penuh makna
Makna antara kau dan aku
Mengalun dalam hidupku

Tawa itu masih kurasa
Senyum itu masih kuingat
Sentuhan itu masih membekas
Hadirmu membuat ku ada

Kau, mungkin tak menyadari
Ku selalu melihat langkahmu
Melihat wajahmu
Melihat keresahanmu

Derap langkahmu
Desiran suaramu
Terasa dalam ingatanku

Masih ingin didekatnya
Bersama menjumput mimpi
Bersama menggapai bintang
Walau jauh, walau sulit

21 Maret 2008
Depok 
3 komentar

Cinta Semesta


Pernah, ku tersesat oleh cinta tapi bukan cinta membara
Pernah, ku melangkah jauh oleh cinta tapi bukan cinta sengsara
Pernah, ku memendam dalam cinta hingga malamnya pekat
Pernah, ku ragu oleh cinta hingga lelahku sendiri
Namun, ku tak bisa meragu cinta

Begitu lama kurasa cinta
Cinta yang selalu ada
Mengisi ruang dan waktuku
Mewarnai hidupku cinta
Hingga ku ragu mencintai cinta
Dan ku lepas saja cinta

Kadang ku tak menyadari cinta
Begitu dekat dan ada
Apakah dia mencinta?
Namun kurasa cinta itu tak tumbuh dalam hati
Tapi cinta semakin menggoda
Merasuk raga, membujuk jiwa, dan menyegarkan dahaga
Sempat hati terjerat cinta
Tapi ku hempas jauh-jauh cinta
Karena ku ragu dan takut akan mencinta

Hingga di persimpangan jalan tak berarah
Ku menemukan cinta Semesta
Melebihi cinta-cinta yang lain
Namun sama dengan cinta sang Rembulan

Ku mencintaimu
Karena kau sangat mencintaiku
Cintamu yang sempurna 
Membuat ku semakin mencintaimu, Semesta
Hingga cintaku padanya
Atas dasar aku mencintaimu, Semesta

Awalnya, ku ragu dan takut akan mencinta
Karena Semesta mencinta isinya

Hingga ku yakin dan tak meragu akan Semesta
Begitu menyejukkan dan nikmat
Cara kau mencintaku dengan keindahan Semesta-Mu

28/11/07
 23.21 WIB
Depok


0 komentar

RESENSI NOVEL SETIA


Berlatarbelakang keadaan politik 1965, dua manusia menjadi saksi Sejarah masa itu. Klise dengan kisah cinta, namun informatif. 

Setia merupakan novel Faaqih Irfan Djailani dengan nama pena Satyakala yang berjenis Roman. Novel ini berkisah tentang percintaan dua insan yang berbeda latar belakang. Rini Wulandari merupakan perempuan cantik, anak seorang pengusaha perkebunan kaya raya dan juga wanita karir sebagai sekretaris karyawan swasta yang sukses. Sedangkan, Zainudin Hamid seorang pemuda rantau lulusan SMA dari Solo. Mereka bertemu dimana keadaan politik pada tahun 1965 sedang memanas di Indonesia.

Jakarta pun menjadi panggung utama politik perseteruan antara PKI dan lawan-lawannya. Perseteruan demikian terjadi ketika Indonesia pada masa itu sedang menghadapi inflasi serta konfrotasi dengan Malaysia. Ditengah-tengah perseteruan itu, bertemulah Rini dan Hamid yang berbeda latar belakang dari segi pendidikan, ekonomi, maupun politik. Percintaan keduanya mendapat banyak tantangan dari sekitar mereka.

Terjadinya peristiwa 1965 membuat keduanya terpisah. Kemudian saling merindu dan berharap bertemu kembali. Hamid yang berlatar belakang SMA merantau ke Jakarta bekerja sebagai juru ketik SOBSI. SOBSI berdiri pada tahun 1947 dan bubar pada 1966 karena tudingan mempunyai hubungan dekat dengan PKI oleh rezim Orde Baru (Djailani, 2012: 15). Bergabungnya Hamid dengan SOBSI, namun  ia justru antikomunis.

Rini dan Hamid bertemu tidak sengaja di jalan. Saat itu mobilnya mogok dan meminta bantuan kepada Hamid dan Leo yang sedang makan cendol di pinggir jalan, berdekatan dengan mobilnya yang mogok. Leo merupakan kawan Hamid yang lebih dulu bekerja di SOBSI. Melalui Leo, Hamid mendapat pekerjaan menjadi juru ketik SOBSI. Setelah Hamid bertemu di pinggir jalan dan memperbaiki mobil Rini yang mogok, Hamid pun selalu terngiang-ngiang wajah Rini dan ia jatuh cinta. Namun, Leo tidak setuju karena Rini menurutnya adalah gadis Kapitalis.

Alasan Leo mengatakan hal tersebut karena representasi dari Rini yang membawa mobil mewah Chevrolet, pakaiannya, gaya bicaranya, dan kekayaan melimpah adalah kapitalis. Sedangkan mereka adalah SOBSI yang masih dibawah PKI. PKI menyebut orang-orang kapitalis sebagai kontrarevolusi dan setan kota. Singkat cerita, dari perbedaan ideologi Rini dan Hamid sangat bersebelahan. Namun karena cinta mereka yang kuat. Berbagai rintangan hingga terpisah selama bertahun-tahun dengan Hamid.

Karena, ia melarikan diri dan menghilangkan identitasnya dari kejaran tentara yang mengklaim dirinya PKI. Pada akhirnya, selama 4 dekade berlalu mereka dipertemukan kembali dimasa tua dan menikah. Namun, setelah mereka menikah kecelelakaan menimpa pasangan itu. 

Latar cerita sebenarnya menarik untuk dikilas kembali oleh pembaca sebagai pengetahuan mengenai sejarah. Namun, penulis kurang akurat dalam menulis instansi yang dulu sebetulnya namanya berbeda dari sekarang dan juga percakapan-percakapan yang dirasa masih tidak layak sebagai percakapan masa 1965. Selain itu, cerita cinta dirasa tampak klise dengan alur yang cenderung cepat sehingga pembaca mudah menebak. Akan tetapi usaha penulis untuk mencari tahu sejarah 1965 perlu diberikan apresiasi yang besar. Dengan catatan perlu penyesuaian keakuratan kondisi masa itu dengan ceritanya. 
 
;