Minggu, 03 Oktober 2010 0 komentar

Siapkah aku?

Malam itu adalah puncak kemarahannya yang disimpan untukku.
Aku pun termenung dan memandang ruang kosong kamar yang sederhana namun nyaman.
Tak mampu ku mengucapkan kata-kata lagi yang semakin membuat hatinya teriris.
Kemarahannya adalah sebuah kasih sayang dan kekhawatiran untukku, untuk masa depanku, untuk merubah perangai dan kebiasaan malasku.
"Siapkah kamu nak?" katanya. Siapkah aku? untuk melihat dunia sesungguhnya.
Siapkah aku? untuk menjemput semua impianku dengan keyakinanku.
Siapkah aku? menjadi seorang perempuan yang tak hanya elok rupa tapi elok budi.
Siapkah aku? menjadi seorang ibu dan istri serta kepala rumah tangga.
Siapkah aku? menjadi perempuan yang merdeka dan dapat berdiri di kakinya sendiri, karena kehidupan siapa yang tahu, semua menjadi rahasia Tuhan.
Entah kebetulan atau memang tepat saatnya, seorang sahabat memberikan nasihat yang serupa tentang perempuan-perempuan hebat.
Semakin berfikirlah aku dikala pagi diperaduannya.
Di tengah malam aku pun berjanji pada diriku sendiri tak akan sedikit pun lagi membuatnya bersedih karena aku.
Aku ingin perempuan dengan segenap jiwanya yang mengasihiku berbahagia, karena melihatku pantas untuk dipercaya. Yang aku mampu adalah merubah tabiatku saat itu juga.
Karena sebentar lagi aku akan menjemput dunia yang sesungguhnya, dunia perempuan perkasa dan tangguh yang siap berdiri tegak di tengah masyarakat.

Ageng Wuri R. A.
Ruang tamu rumah, Depok 03 Oktober 2010
 
;